Makerspace, Program dengan Desain Berpikir ala Pendiri Startup untuk Murid

13/03/2023

Marsaria Primadonna, Ketua Kampus Guru Cikal, memperkenalkan sebuah program yang memungkinkan murid jadi problem solver atas permasalahan di sekitarnya. Program ini dinamakan Makerspace.
Makerspace pada dasarnya adalah ruang eksplorasi murid yang diinisiasi Pima, sapaan akrabnya, saat masih jadi guru di Sekolah Cikal. Selain memantik murid menjadi problem solver, Makerspace juga menjadi jawaban atas beragamnya minat belajar anak didik.

Menariknya, pada program ini, Pima menerapkan proses berpikir secara desain untuk para murid. Dia menggunakan sprint design, yakni pola berpikir yang biasa dipakai para pendiri startup.

Lire également : Taliban melarang perempuan mengikuti ujian masuk universitas

Ada lima fase dalam sprint design, yaitu understand, define, ideation, decide, prototype, dan validate. Pima turut menekankan empati dalam proses berpikir ini.

Hasilnya, para murid akan menemukan berbagai masalah dan hadir dengan solusi yang sudah dirancang.

A lire aussi : UE menangguhkan program Erasmus di Hongaria di sebagian besar universitas

Sebagai contoh, ada salah satu anak didik Pima yang menaruh perhatian pada kekerasan terhadap hewan. Proyek solusinya adalah film animasi sebagai bentuk kampanye antikekerasan terhadap hewan. Murid tersebut kemudian mencari informasi lengkap mengenai binatang sampai cara membuat animasi video.

Menurut Pima, tidak semua muridnya berhasil dalam menjalani program ini. Namun, dia menegaskan namanya saja belajar, maka tidak harus selalu berhasil.

"Pernah ada murid saya yang menemukan masalahnya, (yakni) tentang lingkungan. Dia merasa tumbuh di lingkungan yang masyarakatnya tidak peduli dengan hal itu. Dia menggelar workshop membuat sabun yang ramah lingkungan, dilanjutkan dengan kontes online," paparnya saat menjadi narasumber dalam Digital Educators of Women in Indonesia (DEWI) yang digelar Tokopedia Academy bersama Gen.Ed, dikutip melalui keterangan yang diterima Senin (13/3/2023).

"Namun ternyata tidak banyak peminatnya. Tapi ya tidak apa-apa. Sampai titik itu saja dia sudah banyak belajar. Lalu yang penting dia refleksi. Kenapa belum berhasil? Mungkin pendekatannya kah, kurang sounding kah, atau lainnya," imbuhnya.

Melalui program ini, siswa akan mendapatkan iTime selama satu semester. iTime sendiri merupakan waktu yang bisa digunakan untuk melakukan eksplorasi, riset, dan mendesain rencananya.

"Jadi setiap minggu, murid punya satu jam untuk mencoret-coret, membuat draft, atau pun sketsa yang ingin dibuatnya. Mencari informasi. Mulai coba desain hingga ke bentuk konkretnya," jelas Pima.

Pima mengungkap, cara berpikir desain seperti ini tidak cuma harus dimiliki murid, melainkan juga guru. Menurutnya, cara berpikir seperti itu bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam pendidikan.

Pada masa pandemi COVID-19 lalu misalnya, Kanvas Strategi Pembelajaran Merdeka Belajar paling banyak dicari oleh guru. Kanvas merupakan inovasi Kampus Guru Cikal itu muncul dengan cara berpikir desain.

Dia berharap, pengalaman-pengalaman ini bisa tersebar ke banyak guru di Indonesia agar banyak yang terinspirasi dan memberi dampak positif kepada murid.

Budi Kusumah

Nurul Hasanah adalah seorang jurnalis berpengalaman yang berasal dari Jakarta. Ia memulai karirnya dalam jurnalistik sebagai seorang reporter untuk surat kabar nasional terkemuka sebelum menjadi koresponden di luar negeri untuk sebuah agensi pers internasional. Dengan pemikiran kritis dan pendekatan yang seimbang, Nurul dikenal karena kemampuannya dalam meliput topik-topik politik yang sensitif dengan integritas dan profesionalisme.

Go up