Geger COVID-19 Arcturus Picu Lonjakan Kasus di India, Epidemiolog Ungkap Hal Ini
31/03/2023
Belakangan ini, India mengalami lonjakan kasus COVID-19 yang signifikan. Dalam sehari, kasus COVID-19 tercatat lebih dari 1.000 kasus yang sebelumnya hanya 300-an kasus.
Lonjakan kasus COVID-19 di India diduga dipicu oleh varian baru COVID-19.Arcturus atau subvarian Omicron XBB 1.16.
Bahkan selain India, beberapa negara lain, seperti AS, Singapura, hingga Brunei Darussalam juga sudah mengidentifikasi varian tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat khawatir subvarian ini bakal masuk ke +62. Lantas, sefatal apa sih varian Arcturus ini?
Lire égalementKesehatan: flu kembali menyerang di Prancis
Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) dr Iwan Ariawan MSPH menyebut, COVID-19 Arcturus atau Omicron XBB 1.16 bukan varian yang perlu dikhawatirkan. Sebab, selama cakupan vaksinasi masyarakat masih tinggi maka angka kematian tetap terkendali.
"Kalau pemantauan kami saat ini case fatality rate atau tingkat kematian COVID-19 di Indonesia di bawah 1 persen. Artinya buat satu penyakit itu rendah dan kita lihat tetap di bawah 1 persen, jadi saat ini terkendali," kata dr Iwan.
A voir aussiKekurangan obat: di jantung pabrik Sanofi yang memproduksi "340.000 tablet Doliprane per jam
"Virusnya masih ada tapi kita tetap terkendali artinya virus itu tidak jadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat kita," pungkasnya.
Penularan Arcturus
dr Iwan juga menjelaskan, penularan Arcturus sama seperti varian COVID-19 lainnya. Subvarian Omicron ini dapat menular melalui droplet (cairan yang dikeluarkan ketika bersin, batuk, bahkan berbicara).
"Penularannya masih sama saja karena virusnya masih sama seperti Omicron, karena arcturus itu sub varian sebenarnya. Jadi sama tetap dari kontak darat dekat kemudian droplet," ujar dr Iwan.
Adapun langkah pencegahan subvarian XBB 1.16 ini dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak. Selain itu, perlu juga melengkapi vaksinasi, baik dosis primer dan booster untuk melindungi diri dari varian tersebut hingga mencegah gejala berat.
"Apakah vaksinasinya efektif? Kalau kita lihat pengalaman kita dari vaksinasi yang ada, vaksinasi itu tetap efektif untuk mencegah supaya tidak terjadi COVID yg berat dan kematian," ungkap dr Iwan.
"Mungkin kita bisa tertular tapi tidak menjadi berat," bebernya.